Sejarah
Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
1. Sejarah Pondok Pesantren Modern Al-amanah Krian-Sidoarjo
Area Ponpes Al Amanah seluas 5.000 meter persegi itu dikelilingi
banyak persawahan. Terasa begitu sejuk dan asri saat memasuki kawasan ponpes.
Al-Amanah kami rintis dari sebuah “cita-cita” yang nyaris
disebut “mimpi” karena kami tak memiliki bekal apapun,kecuali “keyakinan dan
semangat”.
Pesantren Al-amanah
dirintis dari sebuah cita-cita yang nyaris disebut mimpi karena tidak memiliki
bekal apapun, kecuali keyakinan dan semangat. Beberapa langkah awal yang
dilakukan ialah pertama, mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang
pesantren. Maka hal ini kunjungi banyak pesantren, dari pesantren-pesantren
besar seperti Gontor, Asy-Syafiiyah Situbondo, Lirboyo, Ploso, sampai pesantren
yang tinggal puing-puing. Dan dikumpulkan buku yang berbicara tentang pesantren.
Kedua, Menyiapkan beberapa kader, yang kelak akan dijadikan teman untuk mulai
membangun dan merintis pesantren. Selanjutnya, terus meningkatkan kemampuan
dengan banyak membaca dan mengoleksi banyak buku.
Pertama kali terjun di
desa Mojosantren sebuah desa yang dahulu terkenal sebagai desa santri yang
kemudian mengalami pergeseran karena industri. Tertantang untuk mencoba
mengembalikan masa lalu sebagai desa santri. Yakin
bisa dengan beberapa pertimbangan yaitu banyak tokoh yang menginginkan, potensi
keuangan yang luar biasa denganadanya homeindustri sepatu, dimana
tiap hari ribuan pekerja mencari rizki di pedukuhan ini dan adapun beberapa
langkah yang dilakukan adalah :
a. Mengadakan aneka kegiatan, diskusi, pengajian, kajian dengan aneka
lapisan masyarakat.
b. Mengumpulkan para tokoh, sesepuh dan pemilik perusaahaan, untuk
menyampaikan rencana.
Untuk mendapat sambutan luar biasa, baik dari kaum muda, sesepuh dan para
pengusaha hingga dalam waktu singkat suasana keagamaan begitu
terasa.Pembangunan gedung yang direncanakan juga sudah dimulai, sumbangan dari
tokoh masyarakat mengalir lancar.Dalam waktu singkat, lantai pertama hampir
selesai dari dua lantai.
Kemudian perbedaan cara dalam mengembangkan pesantren dan membangun
pesantren yang menimbulkan kesalah pahaman. Akibatnya sebagian besar masyarakat
marah dan memutuskan dukungan, hingga bangunan tidak bisa dilanjutkan.Setahun
menunggu, masyarakat tidak mau lagi meneruskan.Akhirnya dengan kekecewaan yang
luar biasa denganhijrah di desa Junwangi-Krian, yang hanya 1 km
dari Mojosantren dengan mengikuti aliran sungai.Sebenarnya tidak langsung masuk
desa Junwangi, beberapa desa telah dicoba, beberapa rumahdilihat, tapi kurang
cocok.Dan desa Junwangi ini sebenarnya yang tidak sengaja, mungkin Allah SWT
sendiri yang menunjukkan.
Kegagalan di Mojosantren memang amat
pahit, tapi terus mempelajari. Di Junwangi dengan menggunakan cara yang lain.
Apalagikeadaan Junwangi berbeda dengan desa Mojosantren. Junwangi adalah desa
yang belum tersentuh dakwah, hingga kebiasaan melakukan aneka judi, minuman
keras masih terjadi. Satu musholla kecil di pedukuhan tempat tinggal tak ada
jamaahnya keculi pemilik musholla dan seorang putranya. Setelah itu kemudian
mempunyai langkah-langkah
yaitu :
1. Untuk mengalir,
mengikuti kegiatan masyarakat, khususnya kaum muda dengan harapan mereka
menerima kehadiran seperti: catur, remi, cangkrukkan dan lain-lain.
2. Pelan-pelan untuk
memberi teladan misalnya, ketika masuk waktu shalat dengan istri berangkat ke
musholla.
3. Berusaha menghidupkan mushalla pedukuhan, dengan jamaah, pengajian dan
membangun sebuah pondok pesantren.
Kemudian sedikit demi sedikit pondok pesantren Al-amanahmulai dirintis
setelah mushalla kampung berjalan, jamaah lima waktu terlaksana dengan baik. Di
rumah kontrak mengajar mengaji anak-anak kecil, mulai dhuhur hingga larut malam
tiap hari. Anak yang mengaji bertambah banyak, cita-cita makin kuat, keyakinan
semakin sempurna.
Tanah wakaf dari ibu Kamsini menambah
kuatnya semangat.Rumah tetap kontrak, tanah wakaf mulai dipondasi. Berbeda
dengan di Mojosantren, di Junwangi merintis sendiri tidak banyak melibatkan
orang lain. Ternyata tidak mudah, setahun hanya berupa pondasi, tak mampu
meneruskan. Baru tahun 1992 disempurnakan, dan tepatnya bulan agustus 1992 KH.
Shaleh Qasim kita rawuhkanuntukberdoa dalam acara penting itu. Saat itu baru
ada dua santri mukim dari desa tetangga, selebihnya putra-putri anak
tetangga.Rintangan silih berganti, ujian terus dihadapi, hal-hal sulit terus
bermunculan, tetapi pelajaran yang Allah berikan ketika di Mojosantren
meneguhkan untuk terus maju. Dan Alhamdulillah, terus berkembang.
Kini pondok pesantren modern Al-Amanah mulai menjadi alternatif masyarakat
untuk mencari pendidikan formal dan pesantren.Sekarang lembaga pendidikan yang
dikembangkan pondok pesantren modern Al-amanah yaitu Sekolah Menengah Pertama
Bilingual Terpadu dan Madrasah Aliyah Bilingual.Dengan didukung oleh semangat
yang besar dari pengasuh dan pengurusnya, pondok pesantren ini mengalami
kemajuan yang sangat pesat.
2.Letak Geografis Pondok Pesantren Modern
Al-Alamanah Obyek penelitian dalam penulisan ini
adalah di pondok pesantren modern Al-Amanah yang berada di desa Junwangi
Nomor.43 Krian-Sidoarjo. Desa Junwangi termasuk wilayah Kecamatan Krian
Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.Krian teletak di 20 km sebelah barat
daya Surabaya. secara geografis kecamatan ini berada di lokasi yang
strategis, karena terletak di antara 4 ibukota kabupaten/kotamadya, yaitu
Surabaya (timur), Sidoarjo (selatan), Gresik (utara), dan Mojokerto (barat).
Lokasi Krian juga sangat strategis dari sisi transportasi, karena merupakan
salah satu jalur transportasi utama (Jalan Negara) dari Surabaya-Jakarta
melalui jalur selatan (Surabaya- Madiun-Solo-Semarang/Jogja- Bandung-Jakarta).
Selain itu, jalur kereta api Surabaya-Bandung-Jakarta juga melewati daerah ini.
Terdapat pula jalur bypass Krian untuk memperlancar transportasi yang melewati
Krian.
Dengan lokasi strategis yang memberi
banyak keuntungan bagi Krian, terutama dalam segi ekonomi, karena sebagai salah
satu kawasan satelit bagi Surabaya. Banyak sekali perusahaan yang berdiri di
lokasi Krian, sehingga mampu menjalankan roda perekonomian masyarakat.
Adapun batas-batas wilayah dari Desa Junwangi adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa kenep-babadan.
b. Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa kasak.
c. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Krian.
d. Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Candi-Wonoayu.
3. Gambaran Umum Pondok Pesantren Modern Al-Amanah
a. Lokasi Pesantren
Pondok pesantren Modern Al-Amanah
merupakan lembaga yayasan, pondok pesantren Modern Al-Amanah mempunyai dua
asrama yaitu putra dan putri, pondok pesantren juga mempunyai tiga lembaga
sekolah, yaitu MA.BILINGGUAL (Madrasah Aliyah Bilinggual), SMP BILTER (SMP
Bilinngual Terpadu) dan SD Antawirya yang baru di dirikan satu tahun ini.Pondok
pesantren modern Al-Amanah yang di kelolah oleh KH.Nur Kholis Misbah sebagai
pengasuh pondok pesantren modern Al-Amanah.
pesantren ini terletak di tengah- tengah persawahan, kanan kiri pesantren
ini adalah semuanya area persawahan, udara menjadi segar dan warna hijau
menghiasi pandangan setiap harinya, tak jarang para santri bermain di area
persawahan.
“ya begini ini pesantren kami yang mewah (mepet sawah), lihat ke kanan ya
sawah lihat ke kiri ya sawah ke depan juga sawah”2
2KH. Nur Kholis Misbah. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah ,Halaman Rumah
Pengasuh. 10 Desember 2015.
3Umi. santri kelas tiga aliyah. Kamar Santri. 10 Desember 2015.
“senang disini banyak hijau-hijauan, kalu dirumah saya tidak ada mbak
semuanya pendudk padat, maklum saya tinggal disurabaya jadinya sulit untuk
melihat hijau-hijuan seperti disini”3
Selain itu, melihat dari kondisi para santri banyak datang dari luar kota
atau daerah yang berjauhan, seperti semarang, kalimantan, jakarta. Sedangkan
dari jumlah santri sebanyak 640 santri putri dan 530 santri putra dengan
total keseluruhan jumlah santri adalah 1200 santri.
“ iya santrinya itu ada 1200 santri, untuk santri putra berjumlah 530 dan
santri putri 640 santri, itu juga belum ditambah dengan jumlah santri dari SD,
murid SD nya ada 25
murid, karena memang baru di buka tahun ini.4
Semua jumlah santri tersebut merupakan santri yang latar ekonominya
menengah keatas, jarang santri dari kalangan yang ekonominya rendah karena
memang membutuhkan banyak biaya untuk bisa nyantri di pondok pesantren modern
Al-amanah ini.